#2 BARISAN MATEMATIK
Satu..
Dua..
Tiga..
Cukup..!
Saya yakin anda mengenal perhitungan di atas, apa yang anda
pikirkan ketika mengucapkan beberapa angka tersebut?
Angka, berarti ada hubungan nya dengan menghitung, berarti
ada kaitannya dengan matematika, benar kan?
Simpelnya seperti itu.
Anda pernah belajar matematika kan, suka? Atau benci?
Kenapa setiap mendengar matematika, mindset anda pasti berfikir
tentang sesuatu yang sangat menakutkan? Begitu sulitkah?
Apa yang ada
dipikiran anda sama dengan saya.
Kenapa matematika di cap sebagai mata pelajaran atau mata
kuliah yang begitu momok di kalangan para pelajar? Segitu menyengsarakan diri
anda kah?
Jawaban anda sama dengan saya.
Apa yang ada di benak anda ketika mendengar tentang barisan?
Urut, tersusun, jajaran, tertata, ya mungkin dalam pikiran
anda salah satu di antara.
Adakah hubungan antara barisan dengan matematika?
Jelas ada..
Ketika anda sedang berada pada sebuah antrian, berada di
posisi berapakah anda? Untuk mencapai tujuan anda pada antrian tersebut haruskah
anda melompati 1 orang di depan anda? Tentu tidak.. *pikirkan sendiri*
Oke, lupakan! saya tidak akan membahas mengenai philosophy
dari barisan atau matematika nya, karena yakin anda lebih mengerti daripada
saya.
Sedikit belajar mengenai pengalaman, kembali pada kisah
senioritas yang terangkum dalam sebuah kisah panas sepanas tangan dicelupin di
air panas.
Saat itu pelantikan mahasiswa baru tepat 1 tahun menjalani
masa ospek, berarti akan berakhir pula segala tugas-tugas yang sangat memuakkan
mulai dari minta tanda tangan senior, harus senyum ketika ketemu kakak
angkatan, Temu angkatan, gerak-gerik selalu di pantau, bikin event buat
nyenengin semua angkatan cukup, gag gag gag kuaaat.. sungguh tak sanggup.. oh
tidak, kami membutuhkan kebebasan!!
Tapi ada satu hal yang membuat saya belajar dari proses
ketika masa pelantikan, yaitu mengenal “Barisan Matematik”
Awalnya kami yang beranggotakan 98 mahasiswa baru laki-laki
perempuan tak mengenalnya, taunya ya sekedar baris yang pendek di depan yang
tinggi di belakang atau sebaliknya.
Ingat saat ospek siang itu di Hutan Penggaron, bentakan dari
senior yang mungkin membuat jantungku hampir copot, mungkin ga hanya saya aja,
tapi seisi hutan kaget semua, ketika barisan kami yang rapi di hantam dengan
hujatan yang sangat luar binasa!
Ada yang salahkah dengan barisan kami?
Ya
Rapi tapi salah besar!
Kami bingung, Salah dimanakah? Kami sudah rapi, kami sudah
memposisikan serapi-rapinya dalam waktu 10 hitungan. GILA! Segitu bodohkan
senior melihat barisan kami yang tertata rapi, gumamku.
Kan*cut!!
“di suruh bikin
barisan matematik aja ga becus!!” Muka saya jadi korbannya (kesemprot bau mulut
senior) ß miss commant (sebutan saya di mata senior)
Emaaak!!
Begitukah barisan matematik?
Yang pendek di depan sedang yang tinggi di belakang, itu
barisan kami saat itu, tak peduli siapa yang di depan dan siapa yang paling
belakang.
Pantaskah, laki-laki berada di tengah ketika berada di
tengah hutan sedang di depan adalah para perempuan?
Sebentar!!
Maksudnya?
Ternyata.. Barisan matematik itu ternyata symbol bahwa laki-laki harus
bisa melindungi perempuan, bagaimana caranya perempuan harus terlindungi oleh
laki-laki dalam kondisi yang rapi tak peduli perempuan lebih tinggi entah
laki-lakinya lebih kecil. (entah itu
tinggi badan, kasta, atau apa saja, karena wanita itu dilindungi bukan
melindungi) itu semboyan dari Matematika Undip.
Simpel kan? Sudah pahamkah anda?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar