Halaman

Sabtu, 21 Desember 2013

Antara Dicintai atau Mencintai

Sedikit penasaran dengan pertanyaan "dalam sebuah hubungan pilih mana antara dicintai atau mencintai?"
entah kenapa kepikiran tentang pertanyaan itu. sempat aku tanyakan pada beberapa teman begitu juga pasangan dengan pertanyaan tersebut.

Dalam sebuah hubungan, pacaran atau suami istri sedikit aneh jika jawabannya memilih satu di antara keduanya. pertanyaanku kenapa tidak kedua-duanya, dicintai dan mencintai, jadi ada timbal balik bahkan saling memberi rasa yang sama meski dengan cara yang berbeda.

Mayoritas jawaban teman-teman bahkan pasangan lebih milih "dicintai" dengan alasan berikut (gabungan)

  • kita ga perlu capek-capek melakukan banyak hal untuk orang yang mencintai kita, 
  • tak menguras pikiran juga, 
  • lebih ringan buat menjalankan sesuatu selain cinta, 
  • ga musingin soal yang mencintai lagian dia kan yang cinta, 
  • seneng aja, lebih diperhatikan
  • ga ribet
Bukan berarti memilih jawaban tersebut tidak mencintai pasangannya atau bertepuk sebelah tangan atau tidak serius atau buat maen-maen saja (menurutku), harapannya sih seperti itu.
satu hal yang lebih penting dari pertanyaan konyol itu dalam sebuah hubungan antara dua insan yaitu saling percaya, saling menjaga, saling terbuka, saling menerima. intinya sih itu.


Sabtu, 17 Agustus 2013

Ceritaku di Bulan Puasa *Ngaco*

pagi semua, sekarang jam udah nunjuk pukul 02.55 am, lo tau kan kalo jam segini tiba-tiba kebangun, yak.. pipis.

kalo bangun jam segini gua jadi inget masa-masa puasa, rajin bangun jam 3 buat sahur eh bukan bangunin gebetan buat sahur abis itu tidur lagi, dan kebangun jam 10 trus nyalahin gebetannya gara-gara ga gantian ngebangunin. mampus lo

saat lagi buber ni, pasti kenal dong yang namanya ngabuburit kalo lo ngakunya anak gahol. ngabuburti itu menghabiskan waktu menjelang buka puasa, biasanya sambil nongkrong2 gitu ada yang di pinggir jalan ada yg nungguin di tempat makan, sambil ngabisin waktu menunggu adzan magrib sekalian ngabisin waktu sambil ngabisin roti sebelum buka puasa.

nah akhirnya di penguhujung puasa, lebaran datang, baju baru, dapet THR-an, makan ketupat pake opor, eeee ternyata cuma mimpi, karena lebaran masih 28 hari lagi. #doh

puasa paling enak itu kalo buber, eaa alesan aja tu biar ga masak (kalo gue)

kalo lagi libur kerja nih, ga ada undangan ngabuburit, bisanya cuma mandangin tipi, nunggu adzan, adzan di masjid sebelah sering telat 1 menit, kan lumayan.

oya puasa itu identik ama yang namanya manis-manis untuk mengawali buka puasanya, sama kaya' lo mandangin gue, pasti manis. *halah*

kadang gua heran ya, tarawih hari pertama masjid-masjid full ampe bludak, hari keduanya hilang separo, hari berikutnya tinggal imam nya doang, astaghfirullah...



Silaunya Arti Perbedaan

Menurut lo, pilih mana antara kado yang besar ato kecil?
kalo ga tau isinya gua yakin lo bakal milih kado yang gedhe.
kenapa??
ya jelas aja dengan kado yang kapasitasnya gede pasti mikir isinya juga gedhe.

kalo lo punya temen cewe' bercadar ama yang berkerudung biasa, lebih nyamanan mana buat lo deketin?
pasti lo lebih nyamanan yang biasa daripada yang bercadar, takut serba salah kalo mo melakukan sesuatu kan dan bakal diceramahin bertubi-tubi kalo lo mo ngapa-ngapain? padahal lo belum tau gimana sifat mereka, karena lo pandang dari sisi secara kasat mata, tapi lo lupa mikir soal sisi lainnya.

secara sosial, lebih dihormati mana penjual gorengan ama juragan tanah kalo lagi sama-sama pergi ke masjid? siapa yang bakal banyak disalamin di antara keduanya?
pasti orang lebih seneng nyalamin si kaya juragan tanah ketimbang penjual gorengan itu, ya itu pandangan sosial yang gua yakin lo juga mikir kaya' gitu..

di mata cowo', pilih cewe' kulit putih ato kulit hitam? anaknya pejabat apa anaknya buruh tani?

kalo di mata cewe', pilih cowo' tajir ato yang garing? bermobil apa bermotor yang masih kredit? yang pegang  Iphone apa hacin?

ini bukan bicara soal matre, keserakahan ato apalah, hanya sekedar pengen bahas aja soal begitu mencoloknya peran sosial di kalangan masyarakat sekitar, gua ga nunjuk tetangga gua, tetangga lo, lo sendiri ato gua pribadi. yang gua heranin kenapa status sosial jadi acuan soal sikap seseorang ke orang lain sedang mereka itu sama, sama-sama manusia, sama-sama makan nasi, sama-sama buang hajat. tak dihayalkan juga jika status sosial mendorong orang untuk berperilaku berlebihan sehingga merambat pada sisi hedonis yang  mendewakan atau melacurkan sepihak.

pernahkan berfikir ga sih kalo manusia dilahirin dalam kondisi telanjang, dalam kondisi ga bawa apa2 cuma raga dan nyawa yang Allah kasih.
Allah menciptakan manusia itu sebaik-baik makhluk yang diciptakan di jagad raya ini, dan Allah menciptakan manusia hidup di dunia secara berkelompok untuk saling mengisi satu sama lain, saling menghormati.



Senin, 05 Agustus 2013

"ALL THE WAY" Part II


#2 BARISAN MATEMATIK
Satu..
Dua..
Tiga..
Cukup..!

Saya yakin anda mengenal perhitungan di atas, apa yang anda pikirkan ketika mengucapkan beberapa angka tersebut?
Angka, berarti ada hubungan nya dengan menghitung, berarti ada kaitannya dengan matematika, benar kan?  Simpelnya seperti itu.

Anda pernah belajar matematika kan, suka? Atau benci?

Kenapa setiap mendengar matematika, mindset anda pasti berfikir tentang sesuatu yang sangat menakutkan? Begitu sulitkah?
Apa  yang ada dipikiran anda sama dengan saya.

Kenapa matematika di cap sebagai mata pelajaran atau mata kuliah yang begitu momok di kalangan para pelajar? Segitu menyengsarakan diri anda kah?
Jawaban anda sama dengan saya.

Apa yang ada di benak anda ketika mendengar tentang barisan?
Urut, tersusun, jajaran, tertata, ya mungkin dalam pikiran anda salah satu di antara.
Adakah hubungan antara barisan dengan matematika?
Jelas ada..

Ketika anda sedang berada pada sebuah antrian, berada di posisi berapakah anda? Untuk mencapai tujuan anda pada antrian tersebut haruskah anda melompati 1 orang di depan anda? Tentu tidak.. *pikirkan sendiri*
Oke, lupakan! saya tidak akan membahas mengenai philosophy dari barisan atau matematika nya, karena yakin anda lebih mengerti daripada saya.

Sedikit belajar mengenai pengalaman, kembali pada kisah senioritas yang terangkum dalam sebuah kisah panas sepanas tangan dicelupin di air panas.

Saat itu pelantikan mahasiswa baru tepat 1 tahun menjalani masa ospek, berarti akan berakhir pula segala tugas-tugas yang sangat memuakkan mulai dari minta tanda tangan senior, harus senyum ketika ketemu kakak angkatan, Temu angkatan, gerak-gerik selalu di pantau, bikin event buat nyenengin semua angkatan cukup, gag gag gag kuaaat.. sungguh tak sanggup.. oh tidak, kami membutuhkan kebebasan!!

Tapi ada satu hal yang membuat saya belajar dari proses ketika masa pelantikan, yaitu mengenal “Barisan Matematik”

Awalnya kami yang beranggotakan 98 mahasiswa baru laki-laki perempuan tak mengenalnya, taunya ya sekedar baris yang pendek di depan yang tinggi di belakang atau sebaliknya.
Ingat saat ospek siang itu di Hutan Penggaron, bentakan dari senior yang mungkin membuat jantungku hampir copot, mungkin ga hanya saya aja, tapi seisi hutan kaget semua, ketika barisan kami yang rapi di hantam dengan hujatan yang sangat luar binasa!

Ada yang salahkah dengan barisan kami?
Ya
Rapi tapi salah besar!
Kami bingung, Salah dimanakah? Kami sudah rapi, kami sudah memposisikan serapi-rapinya dalam waktu 10 hitungan. GILA! Segitu bodohkan senior melihat barisan kami yang tertata rapi, gumamku.

Kan*cut!!
 “di suruh bikin barisan matematik aja ga becus!!” Muka saya jadi korbannya (kesemprot bau mulut senior) ß miss commant (sebutan saya di mata senior)

Emaaak!!
Begitukah barisan matematik?
Yang pendek di depan sedang yang tinggi di belakang, itu barisan kami saat itu, tak peduli siapa yang di depan dan siapa yang paling belakang.
Pantaskah, laki-laki berada di tengah ketika berada di tengah hutan sedang di depan adalah para perempuan?

Sebentar!!

Maksudnya?

Ternyata.. Barisan matematik itu ternyata symbol bahwa laki-laki harus bisa melindungi perempuan, bagaimana caranya perempuan harus terlindungi oleh laki-laki dalam kondisi yang rapi tak peduli perempuan lebih tinggi entah laki-lakinya lebih kecil.  (entah itu tinggi badan, kasta, atau apa saja, karena wanita itu dilindungi bukan melindungi) itu semboyan dari Matematika Undip.
Simpel kan? Sudah pahamkah anda?